DENPASAR – Banjir besar yang melanda Kota Denpasar dan sejumlah wilayah lain di Bali sejak Rabu (10/9/2025) terus menimbulkan korban. Hingga Kamis malam (11/9/2025), sedikitnya 14 orang dilaporkan meninggal dunia, dua orang masih hilang, dan lebih dari 562 warga mengungsi.
Data resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, banjir meluas di tujuh kabupaten/kota. Kota Denpasar menjadi daerah paling terdampak dengan 81 titik banjir, disusul Kabupaten Badung, Gianyar, Jembrana, Tabanan, Klungkung, dan Karangasem. Total ada lebih dari 120 titik banjir di seluruh Bali.
“Korban meninggal dunia bertambah menjadi 14 orang. Dua orang masih dalam pencarian, dan ratusan warga mengungsi di posko-posko darurat,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam keterangan resmi, Kamis (11/9/2025).
Menurut BMKG Wilayah III Denpasar, hujan ekstrem yang mengguyur Bali sejak awal pekan dipicu aktivitas gelombang ekuatorial Rossby dan tingginya kelembapan udara dari permukaan hingga lapisan atmosfer menengah. Kondisi ini memicu awan konvektif penyebab hujan deras dengan durasi panjang.
“Faktor meteorologi menjadi dominan. Curah hujan ekstrem ini diperparah dengan sistem drainase di kawasan padat penduduk yang kurang optimal,” jelas Anak Agung Ngurah Bagus Kerta, Kepala Stasiun Klimatologi Bali, Kamis (11/9/2025).
Sejumlah infrastruktur rusak akibat banjir, termasuk rumah warga, ruko, serta jaringan listrik. Bahkan, ada warga yang meninggal dunia karena tersetrum saat arus banjir menyentuh instalasi listrik.
Pemerintah Kota Denpasar menetapkan status tanggap darurat bencana. Posko terpadu sudah didirikan di tingkat kota hingga desa/kelurahan. Layanan sosial, kesehatan, serta distribusi obat-obatan mulai dijalankan untuk pengungsi.
“Kami sudah aktifkan posko tanggap darurat di seluruh kecamatan. Prioritas kami adalah keselamatan warga, evakuasi korban, dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi,” ujar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wali Kota Denpasar, Kamis (11/9/2025).
Sementara itu, BNPB menetapkan status darurat bencana provinsi selama satu minggu. Tim SAR gabungan, TNI-Polri, dan relawan terus melakukan evakuasi serta pencarian korban hilang.
Banjir besar ini juga menimbulkan kerugian ekonomi. Sejumlah pusat usaha di Denpasar lumpuh, terutama di kawasan Gatsu Barat, Jalan Teuku Umar, Sanur, dan Kuta. Aktivitas pariwisata juga terganggu karena akses jalan menuju bandara dan kawasan wisata sempat terendam.
“Kami sedang mendata kerugian. Fokus utama tetap penyelamatan dan bantuan darurat. Setelah itu baru kami hitung dampak ekonomi secara menyeluruh,” ujar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Kepala BPBD Bali.
Banjir di Denpasar Bali menjadi salah satu bencana terbesar yang melanda Pulau Dewata dalam dekade terakhir. Pemerintah mengimbau masyarakat tetap waspada, mengingat potensi hujan lebat masih bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan. (clue)