Vaksinasi Polio Sudah 100 persen, Dinkes Subang Tak Akan Gelar PIN Polio

SUBANG—Sekitar 106.138 (100,7 persen) anak di Kabupaten Subang yang berusia 0 hingga 59 bulan, telah mendapatkan vaksin Polio dosis pertama dan 103.902 dosis kedua. Data tersebut merupakan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Subang. Capaian jumlah anak tersebut telah memenuhi target yang dicanangkan Kementerian Kesehatan minimal 95 persen di setiap wilayah.

Menurut Kepala Dinkes Subang, dr. Maxi, capaian tersebut merupakan hasil dari Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio pada tahun 2023 lalu. Hingga saat ini, menurut Maxi, di Subang belum terjadi kejadian luar biasa (KLB) Polio.

Melalui vaksinasi Polio, diharapkan muncul imunitas atau kekebalan kelompok. Sehingga bisa mencegah penyakit yang diakibatkan virus Polio.

Capaian tersebut menjadi alasan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang tidak menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio pada bulan ini sebagaimana yang direncanakan Kementerian Kesehatan RI.

“Kalo Subang sudah dilaksanakan namanya Sub PIN pada tahun 2023. Kami tidak melaksanakan (PIN Polio) lagi. Cakupan kita sudah tercapai,” ujar Maxi kepada ClueToday belum lama ini.

“Kita sudah melakukan Sub PIN Polio dan cakupan kita sudah tinggi 100 persen. Tidak ada kasus (Polio) lagi,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Pengelola Imunisasi Kemenkes dr. Prima menjelaskan, Polio dapat dicegah dengan imunisasi Polio lengkap. Dalm keterangannya, imunisasi polio lengkap yang telah dimasukkan ke dalam program nasional terdiri dari dua jenis vaksin, yaitu vaksin polio yang diberikan secara tetes dan vaksin polio dengan suntikan.

“Vaksin polio tetes yang diberikan melalui mulut sebanyak tiga kali pemberian, yaitu umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan, yang dikenal dengan OPV 1, OPV 2 dan OPV 3. Sedangkan pada umur 4 bulan, pemberian vaksin digabung, yaitu tetes dan suntikan yang disebut dengan IPV. Tidak hanya sampai di situ, pada umur 9 bulan akan kembali diberikan vaksin IPV 2,” kata dr. Prima.

Cakupan imunisasi polio, baik tetes maupun suntik, Prima menjelaskan, harus mencapai 95% dan merata di suatu wilayah untuk membentuk kekebalan kelompok. Hal ini untuk mencegah virus polio menyebar luas dan memicu munculnya kasus polio berisiko.

“Apabila cakupan imunisasi polio di suatu wilayah rendah selama beberapa tahun maka kekebalan kelompok di wilayah tersebut tidak terbentuk serta banyak anak yang tidak kebal terhadap virus polio sehingga berisiko munculnya kembali kasus polio,” jelasnya. (cep/clue)

By Redaksi

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *