Viral Sidak Dedi Mulyadi di Pabrik Aqua, Danone Akhirnya Buka Suara Soal Sumber Air

Sumber foto: radarpati.jawapos.com

JAKARTA — Sebuah video dari mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, tengah ramai menjadi perbincangan publik. Setelah ia melakukan sidak ke salah satu pabrik air mineral Aqua di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Dalam video yang terunggah di kanal YouTube miliknya, KDM Channel, Dedi mempertanyakan asal-usul penggunaan sumber air yang oleh merek air minum kemasan milik Danone Indonesia itu.

Konten tersebut dengan cepat menjadi viral di media sosial karena memperlihatkan Dedi yang tampak heran saat mendengar penjelasan staf pabrik.

Ternyata air Aqua berasal dari sumur bor dalam, bukan dari mata air pegunungan. Seperti yang selama ini banyak masyarakat percayai.

Dalam video berdurasi lebih dari 10 menit itu, Dedi menanyakan secara langsung kepada pihak pabrik. Hal tersebut berkaitan dengan asal air yang pabrik gunakan untuk produksi.

“Ngambil airnya dari sungai?” tanya Dedi.
Petugas pabrik menjawab bahwa air berasal dari bawah tanah.

Dedi pun menimpali, “Berarti ini sumur pompa dalam, ya? Jadi bukan dari mata air yang keluar di permukaan gunung?”

Pertanyaan itu memancing perdebatan di ruang publik. Banyak warganet yang menilai bahwa klaim “air pegunungan” dalam iklan Aqua menjadi tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Sebagian bahkan mempertanyakan apakah pengambilan air dari sumur bor bisa tetap mendapat kategori sebagai “air pegunungan murni”.

Danone Klarifikasi Asal Air Aqua dari Akuifer Dalam

Sumber foto: detikjabar

Menanggapi viralnya video tersebut, Danone Indonesia selaku perusahaan yang menaungi merek Aqua akhirnya memberikan klarifikasi resmi.

Dalam pernyataannya kepada DetikHealth dan CNN Indonesia, pihak Danone menegaskan bahwa air yang pabrik gunakan bukan air permukaan, melainkan air akuifer dalam yang terlindungi secara alami di bawah lapisan tanah pegunungan.

“Sumber air Aqua berasal dari akuifer dalam yang berbeda dengan air yang digunakan masyarakat umum. Akuifer ini merupakan lapisan air bawah tanah yang terjaga dan tidak terpapar kontaminasi permukaan,” tulis keterangan resmi Danone, mengutip Kamis 23 Oktober 2025.

Perusahaan juga menjelaskan bahwa lokasi sumber air mereka tersebar di 19 titik pegunungan di Indonesia, dengan kedalaman pengeboran antara 60 hingga 140 meter.

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan kajian ilmiah bersama tim ahli hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Danone menambahkan, seluruh proses pengambilan air berlangsung dengan izin resmi dari pemerintah dan pengawasan berkala dari instansi terkait.

“Kami memastikan pengambilan air dilakukan secara berkelanjutan tanpa mengganggu sumber air masyarakat sekitar,” ujar perwakilan Danone Indonesia, Arif Mujahidin, dalam keterangan tertulis.

Meski Danone telah memberikan klarifikasi, kontroversi belum mereda. Di media sosial, banyak pengguna yang meminta perusahaan lebih transparan terkait istilah “air pegunungan” yang terdapat dalam promosi.

Sebagian netizen menilai, meskipun air dari akuifer dalam masih bisa masuk kedalam kategori air alami, publik perlu mendapat penjelasan yang lebih terbuka agar tidak merasa “tersesat” oleh narasi iklan.

Selain itu, isu lingkungan juga menjadi sorotan. Pengambilan air dari lapisan dalam bumi secara masif berpotensi menimbulkan penurunan muka air tanah, perubahan aliran bawah tanah, hingga risiko longsor di area pegunungan.

Namun, Danone menegaskan bahwa semua aktivitas pengeboran berlangsung dengan sistem yang aman dan terukur.

“Tidak ada indikasi gangguan geoteknik atau longsor karena proses pengambilan air dilakukan berdasarkan perhitungan ilmiah,” jelas Arif Mujahidin. (clue)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *