JAKARTA – Joget Sadbor yang juga dikenal sebagai joget patuk ayam adalah tren tarian yang sedang populer di platform TikTok sekarang ini. Sekelompok orang yang melakukan joget Sadbor ini biasanya melakukan live streaming melalui akun TikTok mereka.
Joget Sadbor awalnya dipopulerkan oleh akun TikTok dengan username @sadbor86. Menurut pemilik akun, “Sadbor” adalah singkatan dari “Saudara Bor.” Pemilik akun, yang dikenal dengan nama asli Gunawan menjadi sosok di balik tren ini.
Dalam aksi joget sadbor, sekelompok pria dan wanita tampak menari atau berjoget ketika ada yang memberikan gift atau hadiah selama live streaming. Mereka juga akan mengucapkan kalimat tertentu sambil menyebut nama pengguna TikTok yang memberikan hadiah tersebut.
Selain itu, aksi joget ini berasal dari warga Kampung Margasari, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat, dan akhirnya mulai diikuti oleh pengguna TikTok lainnya.
Yang menarik, asal mula sadbor atau Gunawan ini adalah seorang tukang jahit keliling di Jakarta. Ia kemudian mulai melakukan live streaming di TikTok sambil menjahit dan beberapa orang memberikan gift kepadanya.
Awalnya, ia tidak menyadari bahwa koin yang diperoleh dari gift tersebut bernilai rupiah. Namun, tiba-tiba ia melihat saldo akun TikToknya meningkat menjadi Rp 60 ribu, yang mendorongnya untuk membuat tantangan joget dan menunda pekerjaannya menjahit.
“Awalnya sih waktu itu kan Corona tahun 2019-2020. Nah (saya) kan sudah ada di Jakarta lagi (kerja) jahit keliling. Nah pas lagi jahit keliling, Sadbor sambil live ada yang ngasih mawar, ngasih koin juga,” Ungkap Sadbor atau Gunawan.
Dari viralnya joget sadbor ini, Gunawan hanya mengambil 20% dari gift yang diperolehnya selama live streaming, sementara 80% sisanya diberikan kepada tim atau orang-orang yang ikut berjoget bersamanya di platform TikTok.
Dari hasil yang didapat, Gunawan mengaku dapat merenovasi rumahnya menjadi dua lantai dan melunasi utang-utang yang pernah digunakan untuk pengobatan ibunya yang menderita stroke.
“Itu kan kalau penghasilan, sadbor kan sama tim-tim ya, jadi sadbor ambilnya 20 persen sebetulnya. Jadi, ambil 20 persen, sisanya sadbor bagikan, kan ada 8 orang, ada 10 orang, ada 7 orang, tergantung mereka karyawan-karyawannyalah. Cuma sadbor ambil 20 persen,” Ungkap Sadbor atau Gunawan.
Dicurigai Joget Sadbor Menjadi Tempat Judol
Dengan adanya joget sadbor di platform TikTok saat ini, muncul berbagai kecurigaan terkait hubungan joget sadbor dengan praktik judi online. Pasalnya, hanya dengan melakukan joget, anggota tim joget sadbor tersebut mampu meraih penghasilan yang signifikan, sehingga mereka bisa memperbaiki rumah dan membangun infrastruktur yang lebih baik di desa mereka.
Kecurigaan ini semakin kuat ketika Fajar Ajie Setiawan, Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), secara iseng memantau live streaming joget sadbor.
Ia awalnya hanya ingin mengetahui penyebab viralnya live streaming tersebut dan mengapa fenomena ini baru terjadi saat ini. Namun, ia akhirnya menemukan dan mencurigai bahwa aktivitas salah satu penyawer di TikTok tersebut ternyata berkaitan dengan judi online.
“Terus lima menitan saya nonton, ada beberapa perkataan dari yang live-nya ‘Cek top kontributor dari satu sampai lima’. Saya penasaran dong kenapa ngomong seperti itu? Saya cek dan akhirnya ya kecurigaannya memang ini jadi ajang promosi juga. Kedua, bisa jadi juga ajang TPPU juga kemungkinan, cuma masalah TPPU ini saya kurang faham seperti apa,” Ungkapnya.
Selain itu, terkait potensi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), Andri Haryanto, seorang kriminolog, menyatakan bahwa kecurigaan yang muncul dari warganet dan Fajar Ajie Setiawan mungkin saja benar. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap pelaku kejahatan memiliki peluang untuk memodifikasi cara mereka beroperasi.
Salah satu contohnya adalah praktik pencucian uang yang sebelumnya menggunakan berbagai lapisan ‘taktik’. Kini, fenomena kripto muncul sebagai metode baru untuk pencucian uang, menggantikan cara-cara konvensional
“Bisa dilihat siapa mereka yang memberikan, lalu kita bisa mencari siapa sih sebenarnya mereka, apa kegiatannya. Misalkan kemarin ada salah satu netizen yang membongkar bagaimana salah satu top kontributor itu kemudian dia telusuri dan terafiliasi dengan praktik judi online. Jadi berbagai macam cara dilakukan untuk mempromosikan judi online ini,” Ungkap Andri Haryanto selaku kriminolog.
Selanjutnya, Fajar Ajie Setiawan, mengungkapkan bahwa dengan melakukan penelusuran lebih mendalam melalui berbagai bacaan dan komentar netizen di media sosial, ada dugaan kuat mengenai adanya Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) serta promosi judi online yang terkait dengan live streaming joget sadbor ini.
“Memang sebenarnya masuk akal, karena yang pertama, sepengetahuan saya yang namanya tindak pidana pencucian uang itu enggak akan 100 persen kembali. Kalau kita ‘nyuci’ Rp100 juta, gak akan bisa dapat Rp100 juta,” katanya.
Selain itu, Fajar juga menyatakan bahwa jika joget sadbor ini benar-benar terhubung dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), maka sebagian uang yang diperoleh para livestreamer akan diserahkan kembali kepada “penyawer” melalui agen, dengan besaran yang mungkin mencapai sekitar 30-40 persen.
“Karena kan setahu saya, TikTok talent itu kan punya agensi biasanya. Mungkin ada beberapa agensi yang memang punya kaitan dengan pencucian uang, kemudian merekrut orang-orang ini yang mereka dapat akhirnya uang itu di-convert jadi koin, kemudian dikirim ke live streamer-nya, dari live streamer-nya disetor dulu ke agensi, baru dibagi-bagi ke live streamer-nya,” Ungkap Fajar.(clue)