SUBANG – Masuknya musim kemarau, membuat warga Perum Jabong 1 Desa Curugrendeng, Jalancagak mengalami kesulitan air bersih. Salah satunya Ridwan. Pria berkacamata ini, sejak Lebaran, rumah yang ditempatinya tidak teraliri air secara optimal.
“Kita butuh solusi untuk air. Karena gak mungkin satu minggu gak ada air. Mau ngapain kita,” ujarnya dihadapan tim Perumda Tirta Rangga, Kamis (16/05).
Mendapati laporan dari masyarakat, Perumda Tirta Rangga Subang, menerjunkan tim untuk melakukan survei awal. Dipimpin Epen Sopandi, tim tersebut langsung mengecek ke mata air potensial dan pemetaan masalah.
Mata air Tejawayang menjadi titik pengecekan. Menurut Epen Sopandi, mata air ini memiliki kualitas air yang layak digunakan jadi sumber air warga.
Selain itu, letak ketinggian mata air Tejawayang dari Desa Curugrendeng sekitar 77 meter dengan elevasi 700 lebih. Memenuhi syarat untuk melayani kebutuhan lebih dari 250 kepala keluarga.
“Ada masyarakat yang menginformasikan ke PDAM, untuk meminta solusi terbaik. Kita cepat tanggap mengecek ke lokasi. Kita mengindentifikasi dulu mata air, bentangan untuk akses,” tutur Epen.
Sebagai bagian solusi, Epen menekankan, kehadiran Perumda Tirta Rangga, perlu dukungan seluruh elemen masyarakat desa. Jika ada masalah yang terjadi, bisa diselesaikan di tingkatan desa. Sehingga nantinya, tidak menghambat proses layanan Perumda.
“Intinya, hari ini kita ditugaskan direksi untuk memetakan masalah dan solusinya. Hasil hari ini, akan jadi bahan direksi untuk memutuskan yang terbaik bagi masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Curugrendeng, Wawan Gunawan, mengungkapkan, krisis air bersih yang menimpa warganya, terjadi sejak sebelum Lebaran.
Apalagi, sejak adanya alih fungsi lahan kebun Teh menjadi area wisata, memperparah krisis air.
“Sejak lebaran ini di beberapa RT krisis air. Kami mohon dibantu kepada PDAM untuk mengatasi masalah ini,” ucap Wawan.
Ia menerangkan, di desa yang dipimpinnya, banyak sumber mata air. Namun, pengelolaannya masih tradisional dan perorangan. Sehingga, layanannya tidak maksimal dan warga kurang puas.
“Instalasi airnya masih kurang. Jadi ngandelin kekuatan (deras alami) air saja. Warga yang (rumahnya) di bawah dapet air, yang diatas enggak. Warga pengen layanan setimpal dengan biaya yang dibayar,” harapnya. (clue)