Gegara Tarif Trump, Bursa Saham Global Berguguran dan Potensi Resesi Kian Nyata

Jakarta – Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memberlakukan tarif resiprokal global langsung mengguncang pasar keuangan dunia. Saham-saham raksasa di AS hingga Asia mengalami aksi jual besar-besaran, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global.

Dalam pernyataannya di Rose Garden Gedung Putih, Trump mengumumkan tarif dasar minimum sebesar 10 persen untuk seluruh impor. Serta tarif tambahan yang jauh lebih tinggi untuk sejumlah negara.

“Tarif dasar minimum ini akan dikenakan mulai 5 April. Sementara tarif balasan akan berlaku pada 9 April,” ujarnya, mengutip dari ANTARA.

Bendera Amerika. Foto : metrotv

Dampak Tarif Trump, Sentimen Negatif di Pasar Saham

Trump mempresentasikan data tarif masuk yang lebih tinggi untuk beberapa mitra dagang utama AS: Uni Eropa (20%), Jepang (24%), China (34%), dan Kamboja (49%). Pengumuman ini langsung memicu sentimen negatif di pasar, dengan kontrak berjangka untuk Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing anjlok 2,43%, 3,6%, dan 4,35% pada Kamis pagi waktu Asia.

Dampaknya terasa global. Indeks acuan Nikkei 225 Jepang terperosok 4,6% ke level terendah dalam delapan bulan, sementara Indeks Harga Saham Gabungan Korea juga dibuka melemah hampir 3%. Emas melonjak ke rekor tertinggi di atas US$ 3.160 per ons, dan Bitcoin turun di bawah US$ 83.000.

Di Wall Street, kehancuran terjadi lebih masif. Indeks S&P 500 ambles 4,84% dan kehilangan kapitalisasi pasar sekitar US$ 2 triliun hanya dalam waktu 20 menit. Penurunan tertajam terjadi pada saham-saham sektor teknologi dan ritel seperti Dell (-19,11%), Best Buy (-17,82%), hingga Apple yang anjlok 8,8%.

Nike menjadi salah satu perusahaan paling terdampak. Dengan sahamnya jatuh 14,4% ke level terendah dalam lebih dari tujuh tahun.

“Sekitar 50% sepatu Nike diproduksi di Vietnam, 27% di Indonesia, dan 18% di China,” melansir dari laman CNBC Indonesia.

Tak hanya sektor teknologi dan manufaktur, sektor perbankan dan otomotif juga tak luput dari tekanan. JPMorgan, Citigroup, dan Bank of America masing-masing turun antara 6% hingga 11%, sementara Ford, GM, dan Tesla tercatat melemah hingga lebih dari 5%.

AS Rawan Resesi

Menurut Gary Clyde Hufbauer, peneliti senior di Peterson Institute for International Economics.

“Sulit untuk melihat AS menghindari resesi. Pertumbuhan dunia akan turun 1 persen atau lebih,” ujarnya kepada Xinhua media.

Dalam laporan lain yang dikutip Xinhua, indeks Dow Jones turun 1.679 poin atau 3,98 persen menjadi 40.545,93. Nasdaq jatuh hampir 6 persen ke level 16.550,6. Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan energi dan teknologi memimpin penurunan.

“Langkah ini merupakan eskalasi signifikan dari pertarungan dagang Trump dan kemungkinan besar akan mengguncang ekonomi global, menaikkan harga-harga bagi konsumen dan produsen Amerika serta memicu aksi balasan dari negara-negara lain,” tulis The New York Times.

Kemudian, sejumlah negara seperti China dan Uni Eropa telah menyatakan akan membalas langkah ini. Negara lain seperti Korea Selatan, India, dan Meksiko terdengar sedang mempertimbangkan konsesi sebelum tarif mulai berlaku secara penuh.

Hari-hari ke depan diprediksi akan di penuhi volatilitas tinggi. Indeks Volatilitas CBOE (VIX), sebagai indikator ketakutan di Wall Street, melonjak ke level tertinggi dalam tiga pekan terakhir.

Para pelaku pasar kini mulai mengantisipasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini, mulai dari bulan Juni, menurut prediksi pasar yang melansir dari Xinhua.(clue)

Baca juga : https://cluetoday.com/macron-serukan-penangguhan-investasi-eropa-di-as-akibat-tarif-brutal-trump/

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *