Namanya Zaenal Mutaqin. Predikat “siswa nakal” sudah lekat dengan dirinya. Zaenal sempat menempuh pendidikan di salah satu sekolah terbesar di Subang, sampai pada akhirnya harus dipindahkan.
Namun siapa sangka “siswa nakal” ini yang mampu membawa harum nama sekolah barunya. Dunia memang mudah sekali menghakimi seseorang. Namun Tuhan menunjukan jalan untuk Zaenal.
Saat itu, sekolah baru Zaenal sedang sibuk mencari siswa-siswi yang akan ikut lomba Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Teman baru Zaenal merekomendasikannya kepada pihak sekolah untuk mengikuti cabang olahraga karate.
Beruntungnya sekolah Zaenal yang baru ini tidak mendiskriminasi murid. Zaenal dipanggil. Ia senang bukan main. Karate adalah bidang olahraga favoritnya. Akhirnya “siswa nakal” ini punya tempat. Kesempatan ini bagai oase dalam perjalanan hidupnya.
Zaenal berlatih begitu keras. Tentu dengan senang hati. Tanpa bolos apalagi telat latihan. Hatinya saat itu penuh dengan pengharapan. Zaenal mulai membangun mimpinya.
Hari pertandingan tiba. Takdir memang sulit ditebak. Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabang olahraga karate ternyata digelar di sekolah lama Zaenal.
Namun hal itu tak menciutkan hati Zaenal. Ia bertekad memberikan yang terbaik. Zaenal turun di lomba karate kata perorangan. Gerakan demi gerakan karate yang Ia pelajari dari Youtube Ia persembahkan dengan sungguh-sungguh.
Meski begitu, rasa pesimis sempat mampir di hati Zaenal. Ia tak pernah berharap banyak. Sampai saat pengumuman pemenang tiba. Panitia Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) menyatakan Zaenal menang di peringkat ketiga dalam cabang lomba karate kata perorangan.
Zaenal Muthaqin. Membuktikan dirinya. Persis di tempat Ia pernah mengubur mimpinya. Rasa bangga dan bahagia seketika memenuhi hatinya. Sebuah pembuktian atas kerja kerasnya selama ini. “Siswa nakal” ini membuktikan dirinya tak berhak dihakimi.
Di hadapan banyak orang, Zaenal menerima medali. Prestasi hasil dari buah kerja kerasnya. Ia hanya butuh tempat yang tepat. Tempat dan orang yang memberinya kesempatan. Tempat dan orang yang jernih melihat potensinya dengan hati.
Zaenal memang bukan anak atau siswa penurut yang sesuai dengan standar yang dikonstruksi masyarakat umum. Namun dari Zaenal kita bisa belajar. Tak ada manusia yang benar-benar buruk atau manusia yang benar-benar baik. Semua orang pernah membuat kesalahan dan semua orang berhak mendapat kesempatan. (TiaraTale)