Catatan Redaksi
Panggung media milik Dedi Mulyadi. Rasanya pernyataan itu tidak berlebihan. Berita sepak terjang kebijakan Gubernur Jawa Barat itu selalu muncul di beranda. Saat membuka google story di gadget. Ya, begitulah algoritma bekerja. Tautan website maupun media sosial yang paling banyak dibaca, di-klik akan muncul otomatis.
Kang Dedi Mulyadi (KDM) sapaan populernya, sejak sebelum dilantik sudah membuat banyak kejutan. Mulai dari larangan study tour, membubarkan tambang ilegal di Subang, mengorek anggaran Masjid Al-Jabbar, memecat kepala sekolah yang sekolahnya tetap menggelar study tour, dan yang mengejutkan membongkar kawasan wisata Hibisc Fantasy di Puncak, Bogor.
Area wisata di Perkebunan teh itu disebut jadi salahsatu biang kerok banjir yang melanda di sejumlah wilayah pada Februari lalu. Paling dahsyat melanda wilayah Bekasi dan sekitarnya. Gubernur KDM pun sibuk. Dengan tegas dan berani, melakukan langkah-langkah taktis.
Menyegel, membongkar, menutup bangunan-bangunan penyebab banjir di daerah aliran sungai. Akrobat kebijakannya menarik perhatian media, news value-nya begitu tinggi. Tanpa diundang pun, media massa akan datang. Apalagi kini, setiap orang bisa ‘meliput’ dan mem-viralkan beragam peristiwa. Termasuk apa yang dilakukan KDM.
Bahkan, KDM pun membawa tim media sosial pribadi. Apa yang ia lakukan lalu diunggah ke media sosial miliknya. Akun Instagram-nya diikuti 2,5 juta follower, akun Youtube-nya punya 6,5 juta subscriber.

Selain ketegasan, KDM juga punya kebiasaan membantu masyarakat miskin. Hal itu ia lakukan sudah lama. Sejak menjadi Bupati Purwakarta dan makin intens saat menjadi anggota DPR RI Dapil Purwakarta-Karawang periode 2019-2024.
Konten media sosial milik KDM sering viral, hingga kontennya jadi referensi media mainstream. Lihatlah konten Instagram KDM saat membantu anak dan ibu pengemis jalanan di Kota Bandung, tak lama setelah dilantik jadi Gubernur Jabar. Ditonton 3,8 juta kali. Juga konten saat aksi bersih-bersih ke anak Sungai Citarum, ditonton 3,1 juta kali. Masih banyak konten lainnya yang ditonton jutaan kali.
Dalam ilmu Jurnalistik, peristiwa yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan (humanity), layak diberitakan. Sebab akan menarik perhatian pembaca/pemirsa. Kisah kesedihan, kemiskinan, kesuksesan, kegembiraan dan segala kisah yang mengharu biru. Sebaliknya kisah yang memberi inspirasi, kesuksesan, keberhasilan, kejujuran, keteladanan, selalu menarik untuk disimak, didengarkan atau dibaca.
KDM melekatkan diri sebagai tokoh yang peduli atas lingkungan, kemiskinan, kesusahan dan segala bentuk ketidakadilan untuk masyarakat kecil. Di akhir kontennya, KDM sering menunjukan kepeduliannya. Membantu memberi pekerjaan, memborong dagangan pedagang kecil, menyekolahkan, memberi uang hingga membayarkan hutang orang yang ia temui.
Bukan tanpa kritik. “Kebiasaan” KDM seperti itu tetap menuai sorotan. Terlebih saat sudah menjabat gubernur. Langkahnya dikritik sebagai tindakan solois (one man show), tanpa kajian matang, tidak terencana, parsial, sentimental, dan disebut tanpa melibatkan aparatur terkait.
Tapi bagi KDM, hal-hal tersebut bukan baru. Pengalaman dan karir politiknya sudah panjang. Di Purwakarta KDM mengawali karir sebagai anggota DPRD, Ketua DPRD, Wakil Bupati, Bupati, dan sebelum jadi Gubernur Jabar, KDM adalah anggota DPR RI.
KDM sudah pengalaman memahami APBD, mengatur birokrasi dan mengeksekusi beragam kerumitan yang biasa dihadapi seorang kepala daerah. Ia tidak lagi gamang menggusur bangunan liar, tidak ewuh-pakewuh menghadapi pengusaha nakal apalagi menghukum birokrat yang tidak sejalan dengan kebijakannya.
KDM benar-benar merebut panggung media. Jadi media-darling. Apapun yang dilakukannya hampir selalu jadi pemberitaan. Apalagi kini setiap orang bisa membuat ‘berita’ dan mengunggah konten di media sosial.
Apakah yang dilakukan KDM sudah sesuai dengan harapan warga Jabar? Memang belum ada survey kepuasan kinerja. Mungkin nanti setelah 100 hari atau tiga bulan. Saat ini KDM sedang menunjukkan bahwa dirinya punya ketegasan dan kecepatan mengambil keputusan.
Dari apa yang dilakukannya, Gubernur KDM sedang konsen melakukan penataan lingkungan, infrastruktur dan melakukan pembenahan layanan kepada masyarakat. Agar tepat anggaran dan tepat sasaran. KDM membongkar anggaran-angaran pemborosan dan segala biaya ‘lipstik’. Seperti anggaran kendaraan dinas, rumah dinas dan pos biaya lainnya yang aneh-aneh.
Lalu apa yang diuntungkan saat pejabat publik sudah menjadi media-darling? Positifnya, akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Apa yang dilakukannya akan dimaknai untuk kebaikan. Oposisi politik akan kesulitan menemukan catatan negatif yang muncul di media.
Tapi sebaliknya, jika di kemudian hari muncul narasi negatif, akan sibuk klarifikasi dan khawatir berlebihan: khawatir citranya buruk, khawatir di-bully netizen dan segala kekhawatiran lainnya yang berlebihan.
Publik akan menunggu, kebijakan fundamental apa yang akan dijalankan secara konsisten. Tidak hanya kebijakan-kebijakan populisme sesaat. Yang hanya menjadi konten media sosial. Lalu menguap begitu saja. Tanpa makna.(*)