Oleh Tiara Maulinda Habibah

“Dan saya ingin membawa mimpi itu kemanapun saya melangkah”

Sama seperti kutipan dialog Dasiyah yang menggambarkan keteguhannya. Serial Netflix Gadis Kretek berhasil menembus pasar dunia. Semua tentang Gadis Kretek memang begitu memikat.

Tak main-main, serial original Indonesia ini ditayangkan perdana di Busan International Film Festival (BIFF) 2023 sebelum resmi mengudara di Indonesia.

Beberapa sineas film dunia turut memuji serial Gadis Kretek. Dian Sastro sebagai pemeran Jeng Yah misalnya, banjir pujian dari beberapa produser film yang hadir dalam acara tersebut.

Disutradarai Dua Sutradara Besar

Keberhasilan Gadis Kretek tak lepas dari tangan dingin sutradaranya.  Disutradarai oleh sepasang suami istri berbakat. Ifa Isfansyah dan Kamila Andini berhasil menerjemahkan Gadis Kretek dari novel kedalam lima episode serieal Netflix dengan sentuhan epic.

Mulai meniti karir pada tahun 2001, Ifa bukan orang baru di dunia film. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri komunitas film independen bernama Fourcolours Film yang aktif memproduksi film-film pendek.

Sementara itu, Gadis Kretek juga bukan film pertama Kamila. Alumni Deakin University Australia ini telah menyabet berbagai penghargaan dari karya-karya filmnya. Perempuan kelahiran 6 Mei 1986 ini seperti diwariskan bakat dari sang ayah yang juga sutradara ternama Garin Nugroho.

Tahun 2011, Kamila mendapatkan piala citra untuk kategori Cerita Asli Terbaik dan Nominasi Sutradara Terbaik lewat film “The Mirror Never Lies”. Selain itu Kamila juga berhasil menyabet beberapa penghargaan bergengsi lainnya dari berbagai film yang ia produksi.

Diangkat dari Novel Gadis Kretek

Serial Netflix Gadis Kretek sebenarnya diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Ratih Kumala. Menorehkan kesuksesan yang sama dengan serialnya, novel Gadis Kretek terbit pada tahun 2012 dan menyabet penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa.

Ratih Kumala menulis novel Gadis Kretek berdasarkan kisah nyata keluarganya yang merupakan pengusaha kretek di Jawa Tengah. Dibawah percetakan Gramedia Pustaka, hingga saat ini Gadis Kretek masih terus dicetak. Terlebih saat serialnya juga booming di pasaran.

Dibintangi Aktor Ternama

Didukung oleh kesuksesan penulis novel, alur cerita dan dialog film yang kuat, dan dua sutradara besar, keberhasilan Gadis Kretek juga ditunjang dari akting para aktor-aktor ternama.

Jeng Yah yang dingin dan berkarakter kuat diperankan oleh aktor senior Dian Sastrowardoyo. Sedangkan Soeraja diperankan oleh Ario Bayu, Arum diperankan oleh Putri Marino dan Lebas diperankan oleh Arya Saloka. Tak ketinggalan aktor-aktor lain seperti Ine Febriyanti, Ibnu Jamil, Sheila Dara dan Tissa Biani juga banyak memberi warna dalam tokoh-tokoh Gadis Kretek.

Lebih Sukses dari Bumi Manusia

Ekspektasi pembaca novel seringkali dipertaruhkan saat novel favoritnya diangkat kedalam serial atau film. Namun saya menilai Ifa dan Kamila berhasil menterjemahkan, menyulap, dan memberi warna kepada Gadis Kretek.

Kepiawaian Ifa dan Kamila dalam menyuguhkan transisi alur yang estetik membangun rasa penasaran penonton. Alur maju mundur dalam serial Gadis Kretek sama sekali tidak menimbulkan kebingungan. Begitu mengalir. Transisi antara tahun 2000-an ke tahun 1960-an begitu nyaman dan halus.

Banyak penikmat novel dan film membanding-bandingkan film Gadis Kretek dengan film Bumi Manusia. Entah karena ekspektasi kami yang terlalu tinggi terhadap mahakarya Pramoedya Ananta Toer tersebut, atau semata-mata karena kegagalan produksi film itu sendiri.

Sama-sama memiliki latar belakang sejarah yang kuat, pengalaman menonton Bumi Manusia tidak membuat saya puas seperti saat menonton Gadis Kretek. Padahal Bumi Manusia merupakan jajaran buku Tetralogi Buru karya maestro sastra Indonesia yang menjadi mahar pernikahan saya dulu.

Saat penonton lain tertarik pada kisah romansa Jeng Yah dan Soeraja, saya malah begitu tertarik pada cerita sejarah yang menjadi latar belakang kisah perlawanan Jeng Yah melalui kretek.

Dasiyah atau Jeng Yah yang susah payah memegang dan mempercayai mimpinya, harus menyerah ketika peristiwa 1965 meletus. Sutradara Ifa dan Kamila sangat tepat menempatkan peristiwa tersebut sebagai akar masalah kehancuran mimpi Dasiyah.

Film ini lebih dari sekadar kisah cinta. Muatan sejarah dan politik sangat kental didalamnya. Peristiwa 1965 digambarkan epic dan menyatu dengan Gadis Kretek tanpa mengurangi esensi peristiwa itu sendiri.

Masing-masing karakter digambarkan menyisakan trauma atas peristiwa tersebut. Bagaimana keluarga, cinta, dan ekonomi diporakporandakan peristiwa tersebut. Masing-masing orang dituntut untuk kembali bangkit di tengah trauma.

Perlawanan Perempuan Lewat Kretek

Sama seperti Kartini, Dasiyah  punya mimpi yang melampaui zaman. Jeng Yah adalah perempuan dengan umur yang tidak muda lagi selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Ia juga menolak diskriminasi dan pengotak-ngotakan gender.

Sejak awal Jeng Yah memilih untuk teguh mempertahankan mimpinya. Ia sangat ingin menjadi peracik saus. Dari dialog-dialognya, Jeng Yah terlihat tidak mau hanya sekadar menjadi perempuan yang melayani laki-laki saja. Sebuah sikap yang tidak populer di tahun 1960-an.

Jeng Yah sangat pandai membagi peran. Ia begitu teliti dan berani menyuarakan pemikirannya saat dipercaya untuk mengurus pabrik kretek sang ayah. Di dalam hatinya, ada mimpi yang ia rawat untuk membuat kretek terenak dengan racikan saus yang tepat.

Hidup saat itu terkesan tidak adil untuk Jeng Yah. Meski memiliki keluarga yang suportif dan selalu mendukungnya, namun sejarah melibas mimpinya dalam satu waktu.

Dengan stigma negatif sebagai mantan tahanan politik akibat fitnah dari saingan bisnisnya, Dasiyah berkali-kali bangkit dan kembali ke ruang saus kretek. Sebuah semangat dan sikap yang masih relevan dalam kehidupan kita saat ini. Gadis Kretek begitu banyak membawa pesan melalui hisapan-hisapan asap kretek.

Soundtrack Penyempurna yang Sempurna

Soundtrack menjadi bagian penting dalam sebuah produksi film. Lebih dari sekadar pemanis, soundtrack seakan memberi jiwa pada setiap dialog dan alur cerita.

Salah satu lagu almarhum Chrisye turut hadir dalam series “Gadis Kretek. Lagu ini juga dinyanyikan dengan suara magis milik Nadin Amizah.

“Aku suka bagaimana lagu ini dibawakan dengan sangat magis gitu, aransemennya gitu, cara Chrisye menyanyikannya, sangat amat magis,” ucap Kamila.

Selain itu, Kamila juga melihat lagu ini begitu pas menggambarkan perjalanan sepasang kekasih dalam nuansa yang puitis, magis, meski di dalamnya ada kelemahan. (TiaraTale)

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *