HUT Ke-77 Subang, Mimpi Infrastruktur Jalan di “Segitiga Emas”

Bupati Subang, Reynaldy, saat mengunjungi jalan rusak di Kumpay, Jalancagak. Foto: dok. Pemda Subang.

Subang–Tanggal 5 April 1948 menjadi tanggal kelahiran Kabupaten Subang. Kini, wilayah yang berpenduduk 1,6 juta jiwa, merayakan ulang tahun ke-77 pada 5 April 2025. Tema HUT kali ini adalah “Berkarya Membangun Subang”. Seperti menggambarkan Subang bergeliat dengan berbagai proyek infrastruktur, terutama proses industrialisasi.

Proses industrialisasi ini perlu ditopang kesiapan dan kualitas infrastruktur jalan untuk konektivitas. Berdasarkan tingkat kewenangan, wilayah Subang dilewati tiga jenis jalan, Jalan Negara (Nasional), Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten.

Berdasarkan data BPS Subang pada dokumen Subang Dalam Angka 2025, Jalan Nasional dan Jalan Provinsi yang melintang di Subang, masing-masing memiliki panjang 45,86 km dan 168,18 km. Sedangkan Jalan Kabupaten, sejak tahun 2022, panjangnya terus bertambah. Tahun 2022 panjangnya 1,032 km, bertambah di tahun 2023 menjadi 1,152 km dan tahun 2024 menjadi 1,163 km.

Mayoritas jalan di Subang permukaannya didominasi aspal. Rinciannya, tahun 2024, sepanjang 546 km jalan di Subang permukaannya aspal, beton 443 km, tanah 140 km. Jalan dengan permukaan aspal mengalami kenaikan dari tahun 2020 sebesar 8,47 persen.

Meski begitu, jalan-jalan di Subang mengalami kerusakan. Masih menurut sumber data yang sama, kondisi jalan di Subang terdapat empat kategori kondisi: Baik, Sedang, Rusak Ringan, dan Rusak Berat.

Tahun 2024 saja, kondisi Baik sekitar 801 km, Sedang 124 km, Rusak Ringan 44 km, dan Rusak Berat 193 km. Kondisi jalan memiliki pengaruh pada daya ungkit perekenomian warga. Sehingga, mau tidak mau, perbaikan jalan harus segera dilakukan.

Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita BR, yang baru menjabat sebagai Bupati sejak 20 Februari lalu, menargetkan perbaikan jalan menjadi fokus kepemimpinannya. Dua tahun awal masa jabatan, jadi waktu menyelesaikan perbaikan jalan.

“Hari ini kita sedang berada di kondisi yang tidak baik-baik saja dalam segi infrastruktur, di mana begitu banyak komplain dari masyarakat tentang kondisi jalan di Kabupaten Subang. Saya mengajak semuanya agar mulai hari ini selama 2 tahun ini kita maksimalkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Masyarakat hanya ingin jalan mulus, hanya ingin akses ke fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan bagus,” kata Reynaldy, beberapa waktu lalu.

Untuk memperbaiki jalan rusak berat, Pemkab Subang menyiapkan anggaran Rp 250 miliar. Anggaran tersebut telah masuk dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2025.

“Segitiga Emas” Subang

Dalam dokumen Pengembangan Industri REBANA yang dirilis Badan Pengelola Kawasan REBANA, di Subang sendiri terdapat “segitiga emas”. Segitiga emas ini merupakan sebutan konektivitas tiga kawasan peruntukan industri (KPI): KPI Cipali Subang Barat, KPI Cipali Subang Timur, KPI Patimban.

Ketiga KPI ini bakal terhubung dengan akses tol dan keretaapi. Hingga saat ini, baru proyek jalan tol Cipali–Patimban yang sudah nampak pengerjaannya. Bahkan berstatus Proyek Strategis Nasional.

Dalam pembangunannya, jalan milik Kabupaten dan Provinsi Jawa Barat menjadi rusak. Kendaraan yang membawa material galian untuk proyek, melewati dua jalan tersebut. Sejumlah kecelakaan yang merengut nyawa warga pun terjadi. Dampak dari lemahnya mitigasi. Seharusnya, sedari awal sudah dihitung kemungkinannya.

Seperti yang terjadi di ruas jalan Pagaden menuju Pamanukan, tepatnya di Binong. Lubang menganga mengancam nyawa pengendara. Syarif, warga Binong, sehari-hari bekerja berjualan tempe keliling. Dirinya cerita, jalan rusak membuat khawatir keselamatannya saat berkendara.

Motor matic ia pakai keliling, seringkali cepat masuk bengkel gara-gara jalan rusak. “Itu yang di depan POM Bensin (Wates, Binong) lubangnya parah. Sekarang dah mending ya ditambal batu, tapi banyak debu,” kata Syarif, Kamis (03/04/25).

Cerita Syarif itu yang juga dialami pengendara lain yang melintasi ruas jalan tersebut. Dampak pembangunan sejumlah proyek. Seharusnya, sedari awal sudah dihitung dampaknya, termasuk kerugian ekonomi warga.

Kendati demikiaan, proyek-proyek tersebut diharapkan membawa kesejahteraan pada warga Subang kedepannya. Tidak menjadi kutukan (resource curse) untuk warga Subang.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *