Jakarta – Hari Kebebasan Pers Sedunia kembali diperingati pada 3 Mei 2025. Momen tahunan ini menjadi ajang refleksi bagi insan pers, masyarakat, hingga pemangku kepentingan dalam meneguhkan komitmen terhadap kebebasan berekspresi dan hak publik untuk memperoleh informasi.
Mengutip dari laman resmi UNESCO, peringatan tahun ini mengangkat tema “Reporting in The Brave New World: The Impact of Artificial Intelligence on The Press and The Media”.
UNESCO menyoroti peran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin besar dalam lanskap media global. Meski membuka peluang inovasi, AI juga memunculkan tantangan serius terhadap akurasi, independensi, dan etika jurnalistik.
“Hari Kebebasan Pers Sedunia tahun ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak AI terhadap kebebasan pers dan hak kebebasan berekspresi,” tulis UNESCO, dikutip dari laman resminya.
Tema Selaras dengan Deklarasi Windhoek
Tema ini juga masih selaras dengan semangat Deklarasi Windhoek. Sebuah dokumen penting yang menjadi dasar lahirnya Hari Kebebasan Pers Sedunia usai Konferensi UNESCO di Windhoek, Namibia, pada 1991.

Mengutip dari TIMES Indonesia, adapun Konferensi Internasional Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 yang ke-31 akan digelar pada 2–4 Mei, dengan agenda seperti lokakarya, diskusi panel, peringatan untuk jurnalis gugur, serta pemberian penghargaan UNESCO/Guillermo Cano bagi individu atau organisasi yang berjasa dalam menjaga kebebasan pers.
Di Indonesia, sejumlah agenda turut memeriahkan peringatan ini. Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalisme Berkualitas (KTP2JB) bersama Indonesian Institute of Journalism (IIJ) menggelar acara bertema “Media Sustainability: Strengthening Democracy and Public Trust” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
“Di era digital, tantangan terhadap keberlangsungan jurnalisme berkualitas semakin besar. Oleh karena itu, kolaborasi antara media, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa jurnalis dapat terus bekerja dengan integritas tanpa tekanan atau ancaman,” ujar Ketua KTP2JB, Suprapto, (3/5/2025).
Senada, Sasmito Madrim selaku Ketua Panitia menegaskan bahwa kondisi pers Indonesia saat ini tengah menghadapi tekanan berat.
“Sebagai panitia kegiatan, saya sadar bahwa kondisi pers hari ini tidak baik-baik saja. Termasuk demokrasi juga sedang menghadapi tantangan luar biasa. Tapi sebagai komunitas pers, kita harus optimistis,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa forum seperti ini perlu digelar rutin untuk merumuskan kebijakan konkret bagi keberlanjutan media.
“Tantangan boleh apa saja, tapi kita harus selalu merespons dengan sikap dan kebijakan terbaik untuk keberlanjutan media,” tambahnya.
Kekhawatiran atas kondisi pers turut dikuatkan laporan Reporters Without Borders (RSF) yang menyebut bahwa indikator ekonomi dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025 berada di titik terendah.
Indonesia Masuk Kategori Sulit
Indonesia mengalami penurunan dari posisi 111 pada 2024 (skor 51,15) menjadi peringkat 127 (skor 44,13), dan masuk kategori “sulit”. Dominasi politik dan konsentrasi kepemilikan media turut memperburuk kondisi di Asia Pasifik.
Di tengah situasi itu, peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia juga menjadi momentum untuk menegaskan kembali peran strategis pers dalam kehidupan berdemokrasi.
Dengan tema dan semangat yang diusung tahun ini, Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 diharapkan menjadi titik balik untuk memperkuat kebebasan berekspresi, memajukan demokrasi, dan membangun ekosistem media yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.(clue)
Baca juga : Pembatalan Mutasi Letjen Kunto Arief Dinilai Tunjukkan Kendali Politik Prabowo
Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==