Reaktivasi Kereta Jawa Barat – Wisata, industri, dan transportasi dalam satu rel yang sama.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi merencanakan untuk melakukan reaktivasi jalur kereta di Jawa Barat. Dalam video singkat di Instagram pribadinya, ia menyebut ada 11 jalur kereta non aktif yang siap “Dihidupkan”.
Menurutnya, kereta masih menjadi moda transportasi terbaik yang harus dimiliki Jawa Barat karena dianggap murah. Tak hanya itu, mega transportasi darat tersebut terbilang nyaman dan mudah untuk menjadi pilihan pariwisata.
11 Jalur Kereta Api Non – aktif yang Akan “Dihidupkan”
Dedi Mulyadi atau KDM, menyebutkan beberapa jalur yang akan direaktivasi. Diantaranya, jalur
Banjar-Cijulang-Pangandaran, Bandung-Ciwidey, Garut-Cikajang, Rancaekek-Tanjungsari, Cipatat-Padalarang.
Dari sejumlah jalur tersebut, KDM akan memprioritaskan jalur kereta Bandung-Pangandaran. Mengingat, Pangandaran juga merupakan salah satu daerah wisata yang kerap ramai pengunjung.
“Reaktivasi kita yang paling dekat jalur kereta dari Bandung sampai Pangandaran. Itu baru sampai Banjar, kita bikin itu prioritas pertama kita selesaikan,” kata KDM di Gedung Pakuan Kota Bandung.
Dedi berharap, dengan reaktivasi jalur tersebut dapat menambah daya tarik pariwisata di Jawa Barat. Ia yang tampaknya gencar menganalisa kondisi alam dan tata ruang Jawa Barat ini terus melakukan riset untuk mengembangkan potensi alam tanpa menambah masalah baru. Kereta api, dapat menjadi transportasi massal tanpa kemacetan.
Ambisi Dedi yang ingin menghubungkan, Bandung, Jakarta, Karawang, Subang menggunakan rel kereta tersebut akan menghabiskan total pembiayaan sejumlah Rp20 Triliun.
Sekelumit Kisah dan Wacana Reaktivasi Jalur Kereta Pangandaran

Melansir dari situs arcgis.com, beberapa jalur kereta dan stasiun memang terlihat tidak aktif. Salah satu yang jadi prioritas reaktivasi adalah jalur Banjar-Pangandaran-Cijulang. Cerita indah saat jalur masih hidup memang bisa membangkitkan gairah wisatawan.
Pasalnya, saat masih beroperasi, dari jalur tersebut, para penumpang dapat menikmati berbagai suasana alam. Baik perkebunan khas Jawa Barat itu sendiri, maupun bentangan laut yang ada di Utara atau laut Pangandaran. Belum lagi spesies Lutung hitam berekor panjang yang kala itu masih banyak di alam bebas.
Kereta akan berhenti di Stasiun Pangandaran. Stasiun tersebut beroperasi pada tahun 1918. Awalnya, hanya berfungsi untuk mengangkut komoditas pertanian dan perkebunan di daerah Pangandaran. Namun meluas menjadi salah satu bagian dari sektor pariwisata. Sebelum akhirnya berhenti beroperasi pada 1982.
Alasannya, moda transportasi jalur besi tersebut tak mampu bersaing dengan berkembangngnya transportasi ban karet yang lebih dinamis.
Bisa jadi, keindahan – keindahan tersebut memupuk keinginan KDM untuk kembali melakukan reaktivasi.
KDM Bukan Pencetus Pertama
Tapi KDM bukan yang pertama kali mencetuskan. Bahkan sudah berkali – kali wacana tersebut digaungkan. Indonesian Railway Preservation Society (2007) pernah mencatatkan bahwa jalur Kereta Banjar – Pangandaran sempat akan direaktivasi pada 1997. Namun, hal itu terhalang oleh krisis finansial Asia yang terjadi saat itu.
Lama tak digubris, pondasi bangunan stasiun Pangandaran pun dimakan usia. Meski memiliki tembok – tembok kokoh khas masa lampau, kondisi jalur kereta jauh dari kata layak.
Pada 2018, Ridwan Kamil yang saat itu masih menjabat Gubernur Jawa Barat juga ingin menghidupkan kembali.
“Ini sudah luar biasa kita (PT KAI) sudah launching sampai Banjar dulu. Saya minta perpanjang saja (sampai Pangandaran),” kata Ridwan Kamil di Gedung Sate pada Senin (7/1/2018) lalu.
Wacana tersebut sampai pada tahap akan menertibkan rumah penduduk dan kembali hilang tanpa tindak lanjut.
Sejalan dengan Percepatan Kawasan Rebana

Terbaru, pada september 2024, Kementrian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Kementrian Perhubungan dan Deputi PT Kereta Api Indonesia juga melakukan peninjauan di jalur kereta Banjar – Pangandaran. Hal itu juga untuk reaktivasi jalur yang bahkan mendapat dukungan pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021 Tentang Percepatan Kawasan Rebana Jawa Barat bagian selatan.
Menurut Djoko Hartoyo dari Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, kajian reaktivasi tersebut sudah sejak lama berlangsung.
“Kajiannya sudah lama sejak 2007, bahkan pembahasannya terkait reaktivasi Jabar ke Banten,” kata Djoko, (20/9/2024).
Pihaknya telah melakukan jejak pendapat kepada masyarakat. Hasilnya sekitar 15 ribu orang memberikan respon positif. Terlebih, pariwisata daerah Pangandaran akan lebih banyak mendapat keuntungan.
Karawang – Purwakarta – Subang Terhubung
Bukan hanya jalur yang sudah ada, KDM juga menginginkan jalur KRL yang akan menghubungkan sejumlah kota industri di Jawa Barat. Hal itu sejalan dengan perpres yang telah ada.
“ingin pengembangan KRL dari CIkarang terintegrasi ke Karawang, terintegrasi ke purwakrta, terintegrasi ke kawasan industri di Subang,” kata KDM.
Dengan begitu, 3 kota yang saat ini menjadi pusat kawasan industri dan menjadi ladang investasi besar dunia akan terhubung lebih mudah.
Tentunya, misi tersebut akan berpengaruh postif. Baik perkembangan industri di kawasan tersebut maupun kemudahan akses bagi para pekerja. Dengan kata lain, memudahkan mobilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Keresahan Akan Penggusuran Rumah
Berbeda dengan jejak pendapat jalur Pangandaran, kebijakan tersebut tidak sepenuhnya mendapat respon positif dari warga di sepanjang jalur kereta Bandung – Ciwidey. Seperti masyarakat di Desa Ciluncat, Kecamatan Cakuang Bandung yang khawatir rumahnya akan tergusur. Pasalnya, usai bertahun – tahun menetap, masyarakat banyak yang sudah mendirikan bangunan permanen dengan rel kerea didalam rumahnya.
Mengutip dari Kompas, Ketua RT 07/RW 01, Dadan Rustandi (42), menyebut warganya mulai resah dengan rencana tersebut.
“Kalau warga sebenarnya sudah mulai resah semuanya. Soalnya kata informasi yang beredar, lima tahun ke depan mau dijalankan lagi (jalur KA Bandung-Ciwidey). Jadi warga sudah resah, semua resah,” ungkap Dadan pada Jumat (18/4/2025).
Kini, dengan segala keresahan, masyarakat hanya akan menunggu apakah kebijakan tersebut akan terealisasi atau hanya menjadi wacana seperti kisah – kisah sebelumnya.(clue)
Baca juga : https://cluetoday.com/pemkab-subang-gaet-jica-sebagai-partner-kolaborasi-untuk-kawasan-rebana/
Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==