Subang–Subang Larang merupakan tokoh perempuan penyebar agama Islam di wilayah kerajaan Pajajaran. Dirinya merupakan sosok penting dalam melakukan Islamisasi di kerajaan itu. Sepak terjangnya terekam dalam cerita rakyat Subang dan naskah Caruban Nagari.
Situs Cagar Budaya Nay Subang Larang di Nanggerang, Binong, Subang, diyakini menjadi tempat Subang Larang menyebarkan agama Islam. Tempat ini rimbun nan sejuk. Dipenuhi ratusan pohon jati.

Dalam papan informasi yang tertera di lokasi, Subang Larang merupakan istri ketiga dari raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Dari pernikahan tersebut, melahirkan Lara Santang atau Syarifah Mudaim. Ibu dari anggota Walisongo: Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah.
Hal ini juga tercatat dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Kararangen atau Pangeran Arca Carbon yang dibuat pada tahun 1720 M. Catatan dari, Nugraha, Dadang Sundawa dan Muhammad Iqbal. Mereka mengatakan, Ki Gedeng Tapa adalah ayah dari Nyai Subang Larang.

“Merupakan syahbandar (pejabat pemerintah) di pelabuhan Muara Jati, sebuah pelabuhan penting di utara Jawa Barat,” kata dua penulis itu, dalam tulisan berjudul “The Existence of Nay Subang Larang as a Source of Value Education in Adolescents in Subang District”.
“Kemudian Syekh Hasanudin pergi ke Karawang dan mendirikan pasantren di daerah Pura, Desa Talagasari, Karawang, bernama Pesantren Quro,” lanjutnya. Dari pesantrennya, Syekh Hasanudin kemudian dikenal sebagai Syekh Quro.
Ki Gendeng Tapa menitipkan anaknya, Kubang Kencana Ningrum, untuk belajar Islam kepada Syekh Quro. “Ia belajar Islam selama 2 tahun bersama Syekh Quro. Di tempat inilah Syekh Quro memberikan gelar Sub Ang larang (Pahlawan berkuda) kepadanya,” terang Nugraha dalam tulisannya.
Dalam artikel Jurnal yang ditulis Mamay Ayu Annisa (2015), menceritakan sepak terjang Subang Larang yang terekam dalam memori kolektif warga Subang.
“Subang Larang, salah satu istri Prabu Siliwangi, dikenal sebagai perempuan cerdas dan berwibawa dalam sejarah Kerajaan Pajajaran. Meski berstatus sebagai selir, pengaruhnya terhadap lingkungan istana begitu besar,” tulis Mamay.
Subang Larang juga menjadi sosok yang dikenang karena keteguhannya memegang keyakinan Islam di tengah mayoritas penduduk kerajaan yang menganut Hindu dan Buddha. Subang Larang merupakan perempuan berparas cantik dan berkepribadian sederhana.
Kesantunannya dalam bertutur kata serta kepandaiannya dalam berkomunikasi membuatnya dihormati oleh banyak kalangan, termasuk para abdi dalam dan rakyat jelata.
“Kesederhanaan Subang Larang tetap tidak memudarkan kecantikannya yang membuat Prabu Siliwangi sangat mencintai lahir dan batin,” tulis Mamay Ayu Annisa dalam penelitiannya.
Dalam sejarahnya, Subang Larang adalah satu-satunya istri Prabu Siliwangi yang memeluk agama Islam. Menariknya, meskipun Kerajaan Pajajaran berlandaskan ajaran Hindu dan Buddha, Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja yang toleran. Ia tidak pernah memaksa Subang Larang untuk berpindah agama dan membebaskannya menjalankan keyakinannya sendiri.
Di balik kisah cintanya dengan Prabu Siliwangi, kehidupan Subang Larang berakhir tragis. Ia wafat di usia muda, sebelum sempat menyaksikan berbagai peristiwa besar yang terjadi di Kerajaan Pajajaran, termasuk kejatuhan sang prabu di penghujung masa pemerintahannya.
Meski demikian, nama Subang Larang tetap hidup dalam ingatan masyarakat Sunda. Sosoknya tidak hanya dikenal sebagai istri seorang raja, tetapi juga sebagai simbol perempuan cerdas, berani, dan berpegang teguh pada keyakinan di tengah tantangan zaman.