Tahun ini memang banyak yang terjadi. Banyak kejutan. Perubahan sistem, aturan, tata kelola, lahirnya TRS Water hingga yang sempat mengguncang: bencana longsor mata air.
Semua perubahan itu ada yang sudah dipersiapkan jauh hari, pelan-pelan maupun dadakan. Di atas kesadaran bahwa: Perumda Tirta Rangga Subang harus lebih baik. Tata kelola BUMD ‘ahli air’ ini harus shifting lebih efisien, produktif dan digital.
Tak ada hingar bingar apapun dilakukan di tahun 2023 lalu. Kecuali perayaan HUT RI dan undian untuk pelanggan. Sebab itu wajib, hak pelanggan.
Di tahun 2023 kami berusaha fokus melakukan perbaikan sistem, tata kelola, revisi SOP dan peraturan direksi yang sudah tidak sesuai hingga digitalisasi. Tahun 2024 kami eksekusi program inovasi yang sudah kami rencanakan. Tak lupa, kami melakukan re-strukturisasi. Agar perusahaan ini lebih lincah dan adaptif.
Langkah awal yang kami coba lakukan adalah digitalisasi pembayaran rekening air. Saat itu, kondisinya masih 40 persen digital dan sisanya 60 persen manual. Pelanggan masih ada yang ditagih langsung atau kolektif ke koordinator pelanggan. Kami pun sepakat untuk upgrade sistem. Agar pelanggan mudah membayar secara online.
Kami hubungi semua operator merchant pembayaran hingga payment point online bank (PPOB). Kami ingin pelanggan merdeka membayar secara online. Sambil rebahan, nonton bola, ngopi atau apapun tinggal klik. Bisa di mana saja: toko modern, kantor pos, m-banking dan beragam aplikasi pembayaran.
Sebagian besar kasir di 16 cabang-unit kami tutup. Sebab, perubahan sistem pembayaran harus diikuti perubahan perilaku pelanggan. Tidak bisa dadakan. Perlu pembiasaan.
Misalnya, dulu kita bayar tol secara tunai, begitu diubah ke kartu (digital) tidak langsung berubah, perlu waktu. Banyak yang marah karena merasa ribet. Bahkan masih bisa bayar di gerbang tol paling kiri, khusus bagi mereka yang lupa isi kartu tol atau saldo kurang. Tapi sekarang mungkin hanya tinggal satu dua kendaraan saja yang saldo kurang atau lupa.
Lebih dulu lagi, kita sempat syok dengan konversi bahan bakar minyak tanah ke gas. Banyak emak-emak demo, takut gas meledak. Perlahan minyak tanah dikurangi hingga sekarang sudah tidak ada penjualan untuk rumah tangga.
Kini, belanja apapun tinggak klik. Tidak perlu pergi ke tokoh atau swalayan. Semua sudah ada dalam genggaman. Syaratnya sederhana: punya hape, punya paket data internet dan saldo.
Ada yang tanya dan mengeluh, bagaimana dengan pelanggan yang tidak punya hape? Tidak paham medsos dan gadget?
Saya bilang, tinggal minta bantuan anaknya atau saudaranya saja untuk membayar. Sebab kini, tukang ojek, tukang becak, sopir, tukang warung pun sudah pada melek digital. Kebetulan penelitian magister saya tentang partisipasi masyarakat Subang secara digital. Di BPS datanya ada, seberapa besar akses masyarakat Subang ke media sosial. Tinggal dibuka saja.
Alhamdulillah sejak Februari 2024 pembayaran online sudah hampir 70 persen. Sisanya memang masih ada yang datang ke kasir.
Sebelumnya, bayar online hanya bisa dilakukan untuk pembayaran sampai tiga bulan. Nunggak lebih dari tiga bulan harus banyar ke kasir. Sekarang sudah diubah, tunggakan lebih dari tiga bulan, tetap bisa bayar secara online.
Tapi harus ingat ini: sesuai aturan, pelanggan nunggak bayar dua bulan akan kena penutupan. Jika tidak juga membayar, tunggakan tiga bulan ke atas, maka meter air akan dicabut. Untuk membuka kembali harus bayar lunas, denda dan biaya pemasangan ulang.
Nah dalam hal ini sering kali pelanggan keberatan. Padahal, sama saja aturan ini seperti PLN maupun jaringan gas. Tapi seringkali situasinya berbeda. Pelanggan listrik lebih patuh mungkin karena tidak bisa bikin listrik sendiri.
Tapi pelanggan air tidak demikian, apalagi jika dia punya sumber air lainnya: pompa, sumur atau Pamsimas. Daripada bayar malah mempersilahkan petugas untuk mencabutnya. Banyak juga yang marah-marah. Lapor sana-sini. Nulis status di medsos dan berbagai cara. Ya memang begitu eranya sekarang. Saya hanya minta petugas tetap sabar dan lakukan saja sesuai aturan.
Tapi untungnya, masih lebih banyak juga yang patuh. Buktinya, setiap bulan efektivitas dan efesiensi pembayaran selalu di atas 70 persen.
Tapi memang kami punya PR serius: tunggakan pelanggan cenderung naik setiap bulan, setiap tahun. Jika yang nunggak langsung diputus, pelanggan bisa berkurang drastis. Tapi jika tidak diputus, air mengalir, tidak dibayar.
Padahal air lebih baik didistribusikan ke pelanggan yang benar-benar butuh air dan tertib membayar. Tidak terbuang sia-sia. Inilah PR PDAM di seluruh Indonesia.
Jika ada ide dari Anda untuk solusi masalah tersebut, kami dengan senang hati terbuka untuk diskusi. Bisa jadi ide Anda lebih bagus.
Kami akan fokus pikirkan solusinya di tahun 2025. Di antara upaya yang akan kami lakukan tahun depan: pelanggan akan mendapat notifikasi tagihan air ke email dan nomor WA. Solusi lainnya masih akan dikaji.
Tapi kami pun harus introspeksi. Jangan sampai pelanggan tidak puas. Akibat persoalan seperti air keruh, air tidak lancar, air mengalir kecil atau terlalu sering terhenti karena ada perbaikan. Kami pun lakukan pemetaan. Semakin sering hal itu terjadi, semakin rendah efektivitas pembayaran.
Khususnya untuk menangani kebocoran, kami sudah membentuk tim penanggulangan non revenue water (NRW) yang terdiri dari 6 orang. Mereka bertugas khusus mengatasi wilayah dengan tingkat kebocoran tinggi.
Dibentuk sejak September 2023 lalu, tim NRW langsung gaspol memetakan masalah di wilayah dengan kebocoran tinggi. Kebocoran ini bukan berarti secara kasat mata pipa bocor, tapi bisa terdeteksi dari besarnya selisih distribusi debit air dengan akumulasi debit yang tercatat di water meter.
Water losses, water leak dan NRW itu bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari water meter kurang akurat, tapping ilegal, human eror pencatatan, hingga kebocoran fisik pada pipa. Maka pengukuran debit di meter induk, pemasangan District Meter Area (DMA), sweeping eks pelanggan hingga sweeping tapping ilegal menjadi tugas khusus tim NRW.
Sejak dibentuk, mereka sudah ditugaskan khusus di wilayah Cijambe, Ciasem dan kini di Kalijati. Khusus tugas di Ciasem, mereka disewakan rumah hingga 4 bulan. Saya sering bilang: jangan pulang sebelum ada hasil. Sebab NRW di wilayah Ciasem cukup besar. Penyebabnya beragam, tadi yang disebutkan di atas.
Hasil kinerja tim NRW cukup memuaskan. Rata-rata bisa mengatasi angka kebocoran antara 15-30 persen. Rencananya, tahun 2025 tim ini akan ditambah. Bahkan bisa dikembangkan menjadi tim reaksi cepat (TRC) dengan kendaraan khusus yang siaga 24 jam.
Digitalisasi sistem pembayaran dan pembentukan tim NRW hanya sebagian saja dari upaya perbaikan layanan. Upaya lainnya yang tak kalah penting yaitu penggantian-perawatan pompa dan rehab jaringan. Hasilnya mulai terlihat. Kubikasi penjualan dan jam operasional terus meningkat.
Pada April lalu daftar rekening ditagih (DRD) masih Rp5,3 miliar, tapi sejak Septembar sudah beranjak ke Rp6,2 miliar. Di ujung Desember tahun ini, DRD berhasil finish di angka Rp6,5 miliar. Memang, selain dari upaya secara teknis, ada pengaruh sekitar 15 persen dari upaya re-klasifikasi pelanggan.
Upaya-upaya tersebut juga terpicu oleh bencana yang amat mengguncang. Kadang keadaan terdesak bisa melahirkan banyak ide dan kreatifitas.
Pada 7 Januari di sore hari, mata air Cipondok hancur tergusur longsoran tanah setinggi 30 meter. Itulah mata air terbesar yang kami kelola dengan debit lebih dari 1.800 liter per detik.
Akibatnya sangat fatal. Menggerus pipa transmisi dari mata air ke reservoar di Cisalak. Infrastruktur lainnya di area mata air juga hancur tak bersisa. Layanan ke 14 ribu pelanggan di Kecamatan Jalancagak, Cisalak dan Kasomalang terhenti. Otomatis pendapatan hampir Rp 2 miliar/bulan hilang.
Pelanggan teriak tidak ada air. Pj Bupati hingga Gubernur Jabar minta dalam tempo tiga hari, air sudah kembali mengalir. Kami pun pontang-panting. Dibentuklah tim khusus penanggulangan bencana longsor.
Kami gerak cepat jemput bola minta bantuan pipa ke Kementerian PUPR. Gudang pipanya di Bekasi kami tongkrongin. Dua hari bantuan pipa datang. Siang malam kami pasang pipa transmisi. Sesekali berhenti, lari ke tempat aman saat terjadi hujan. Khawatir terjadi longsor susulan.
Saat begini saya minta semua tim memiliki sense of crisis. Cepat tanggap, tidak harus selalu diperintah. Lakukan inisiatif dan perhatikan kebutuhan air ke pelanggan secara darurat melalui kendaraan tangki.
Beruntung kami sesama tukang ledeng se-Jawa Barat kompak saling membantu. BNPB, BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat semua kompak menangani bencana ini. Saat yang lain semua pulang, tinggal kami sendirian berjibaku memulihkan layanan. Rasanya selama satu bulan kurang tidur.
Setiap pagi hingga sore tim bergantian mendistribusikan air ke masyarakat. Situasi jadi agak runyam karena menjelang pemilu legislatif. Banyak yang ingin dianggap punya jasa di masyarakat. Beberapa di antara kami mengalami sakit karena kelelahan.
Bayangan menakutkan lainnya pun muncul: bagaimana melunasi target PAD karena target penerimaan tergerus bencana? Merajuk ke bupati dan DPRD ingin dimaklumi? Rasanya masih ada jalan. Jangan menyerah.
Akhirnya, setoran PAD sebesar Rp 1,710 miliar berhasil kami setorkan ke kas daerah. Penerimaan bulanan juga naik setelah sederet upaya yang dipaparkan di atas. Selain mengoptimalkan penerimaan, juga menekan biaya pengeluaran hingga hampir 35 persen.
Dampak bencana hingga kini masih terasa. Pelanggan di titik-titik terjauh masih merasakan dampaknya. Sebab debit air terdistribusi belum pulih. Kami sudah bolak-balik ke PUPR, BBWS, hingga Kantor Staf Presiden (KSP). Kabarnya mata air Cipondok baru akan diperbaiki PUPR pada 2025 mendatang.
“Tidak bisa di tahun 2024 karena anggaran terbatas. Anggaran ditarik untuk konsentrasi pembangunan IKN,” kurang lebih demikian jawaban yang kami terima dari beberapa pihak.
Sementara perusahaan besar tetangga sebelah yang juga menggunakan mata air itu, sudah rehab total. Kami, sambil menunggu, baru mampu membuat bendung limpas di mata air dan saluran transmisi sementara.
Di balik bencana, ada berkah yang Tuhan hadirkan. Kami menyempatkan diri mengukuti West Java Investment Challenge (WJIC) yang digelar Dinas Perizinan dan Bank Indonesia Jabar.
Setelah beberapa kali presentasi di hadapan para calon asing maupun dalam negari, ternyata kami juara. Penghargaan diserahkan gubernur kepada Pj Bupati Subang. Alhamdulillah.
Ternyata kami dipertemukan calon investor dari Dubai yaitu Anaab PTE, LTd. Ternyata bagian dari grup besar perusahaan terkemuka di Timur Tengah yang punya beragam proyek raksasa di dunia: Shadid Engineering Group.
Ternyata perusahaan dari Cina dan Korea pun banyak yang berminat. Juga calon investor dalam negeri. Kami sedang lakukan seleksi dan verifikasi.
Ternyata ini tahun penuh kejutan. Tuhan Maha Baik.
Kami pun membuat kejutan kecil untuk masyarakat Subang. Tepat di hari pelantikan Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024, kami melahirkan air minum dalam kemasan (AMDK). Diberi nama TRS Water. Biar tidak mikir panjang. Namanya disamakan dengan nama perusahaan. Kependekan dari Tirta Rangga Subang.
Ternyata dalam dua bulan setelah launching sudah terjual hampir 1.000 karton. Sudah punya laba sedikit. Kami tugaskan khusus tiga orang staf. Kami bangun gudang penyimpangan.
Kami optimis berkembang. Kita coba tes pasar selama tahun 2025. Jika bagus, layak untuk punya pabrik sendiri. Bisa juga berkembang jadi anak perusahaan. Bisa jadi produk kebanggan Subang.
Selanjutnya, kami akan minta arahan dari pemimpin kami yang akan segera dilantik: Bapak Reynaldi Putra Andita Budi Raemi dan Bapak Agus Masykur Rosyadi.
Selanjutnya, kami menyadari tak ada kemajuan tanpa didukung SDM yang handal. Maka kami lakukan seleksi terbuka calon pegawai Perumda TRS. Kami bekerja sama dengan Fakultasi Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba). Sebanyak 373 pelamar masuk dari berbagai daerah. Setelah melewati tes tulis dan psikotest, tersisa 45 orang.
Mereka datang dari Jabar, Jateng, Sulawesi hingga Padang. Paling banyak tetap dari Subang. Berebut 12 posisi yang kami buka. 10 di antaranya bidang teknik.
Akhirnya, di ujung tahun 2024 ini, tepatnya pada 12 Desember lalu, tak terasa umur Perumda Tirta Rangga Subang genap berusia 44 tahun. Kami bersyukur atas segala pencapaian ini. Meski masih banyak kekurangan.
Berkat kekompakan dan kerja keras direksi, dewan pengawas dan seluruh pegawai. Juga tidak terlepas dari dukungan kuat dari Pemkab Subang dan para pelanggan setia. Hatur nuhun. Selamat natal dan tahun baru.(*)