Banjir Bogor hingga Bekasi, Jadi ‘Alarm’ untuk Subang

Dampak banjir bandang di Cisarua, Bogor. Foto: ANTARA

Subang–Banjir melanda wilayah Jabodatabek pada awal Maret 2025. Bertepatan dengan ibadah puasa Ramadan. Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, dan beberapa wilayah di Daerah Khusus Jakarta tergenang banjir.

Berdasarkan informasi dihimpun, di Kota Bekasi, terdapat 13 kecamatan terendam banjir dengan ketinggian air mencapai lebih dari 4 meter. Banjir di Kabupaten Bekasi, 51.320 jiwa di 41 desa dan 14 kecamatan ikut terdampak banjir. Melumpuhkan sejumlah pusat perbelanjaan, seperti di Mega Bekasi Hypermall, air merendam hingga ketinggian tiga meter.

Tak hanya banjir, tanah longsor pun turut melanda Bogor. Di Kota Bogor, terjadi di lima kecamatan dan 19 desa. 150 jiwa terdampak dan merusak 12 rumah.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bakal mengevaluasi tata ruang di daerah hulu maupun hilir di Jawa Barat. Hal ini dilatari berantakannya tata ruang yang tak sesuai kondisi alam.

”Hari Selasa pekan depan kami akan bertemu dengan pemerintah pusat mengenai evaluasi tata ruang tersebut, terutama Kementerian ATR/BPN (Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional),” ujar Dedi Mulyadi, Rabu (5/3/2025), dikutip Kompas.id.

Menurut mantan Bupati Purwakarta ini, evaluasi dilakukan demi terciptanya kebijakan yang sesuai prinsip keberlanjutan ekologi. Seperti perizinan yang harus mempertimbangkan kondisi alam.

“Kami juga berharap warga arif terhadap lingkungan. Mulai tidak menutup saluran air hingga tidak membuang sampah ke sungai,” kata Dedi.

Dalam kesempatan berbeda, Dedi juga sempat melontarkan penilaiannya terhadap kondisi wilayah Puncak, Bogor. Menurutnya, lebih dari 1000 hektar lahan Puncak beralih fungsi jadi wilayah komersil dan bangunan. Terutama alih fungsi lahan perkebunan PTPN menjadi pariwisata dan bangunan.

“Saya minta kepada PTPN untuk menghentikan segala bentuk alih fungsi lahan di Puncak. Data kami menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 hektare sudah mengalami alih fungsi. Jangan hanya berfokus pada kepentingan ekonomi semata,” kata Dedi Mulyadi.

“Di area rekreasi itu, dibuat bangunan-bangunan seperti yang terjadi di Ciater, seperti yang terjadi di Ciwidey, terjadi di Puncak,” lanjutnya.

Pelajaran dan ‘Alarm’ untuk Subang

Pada masa Penjabat Bupati Imran, Subang ditetapkan statusnya menjadi Siaga Bencana.
Tertuang dalam Surat Keputusan bernomor 300.2.3/KEP-586-BPBD/2024. Alasannya, prediksi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Diprediksi, cuaca ekstrem bakal melanda Subang.

Sehingga, berpotensi menyebabkan bencana banjir bandang, banjir, tanah longsor, gelombang ekstrem, hingga abrasi. Status Siaga Bencana ini ditetapkan hingga Mei 2025.

Dari Januari hingga awal Maret 2025, telah terjadi bencana banjir maupun tanah longsor. Seperti banjir luapan sungai Cikembang di Tanjungsiang pada Minggu (16/02/25). Banjir merusak 1 hektar lebih warga dan fasilitas pipa PDAM.

Terbaru, longsor menutup jalan Bukanagara-Cisalak, pada Senin (03/02/25) kemarin. Material longsor menutupi akses penting ke desa terujung di Subang itu.

“Longsor terjadi sekitar pagi, lantaran guyuran hujan sejak Senin sore hingga malam hari. Akibatnya, badan jalan tertup material longsor. Sehingga jalur menuju Desa Cupunagara dan sebaliknya sempat lumpuh, karena harus menunggu evakuasi material longsor yang menutup seluruh badan jalan, ” ujar Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin, dalam keterangannya.

Warga Cisalak, Aji Herawan, mendorong seluruh pihak meningkatkan waspada ditengah cuaca ekstrim ini. Namun, dirinya juga meminta Pemda untuk selektif dalam penerbitan alih fungsi lahan.

“Ini mah penting sekali, ya. Hujan terus-terusan. Hutan harus dijaga. Jangan sampai rusak. Itu kan resapan air supaya gak banjir,” kata Aji.

Berkaca pada banjir di Bogor, menurut Aji tak menutup kemungkinan terjadi di Subang, jika tata ruang dan alam tidak dijaga.

Aji masih ingat dimemorinya, peristiwa banjir bandang di Cihiding, Sukakerti, Cisalak pada 2016. Banjir yang merusak satu kampung itu dan 5 warga meninggal, harus jadi pelajaran. Agar, malapetaka tak terjadi.

“Saya inginnya area di daerah pegunungan Cupunagara itu tetap terjaga. Jangan diutak-utik. Takut banjir,” pungkasnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *