Subang–Raden Ajeng Kartini lahir pada 20 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ia menjadi pahlawan nasional. Kegigihannya memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menginspirasi.
Ditengah situasi patriarki dan kolonial Belanda kala itu, Kartini mempelopori perlawanan terhadap pembodohan perempuan. Perjuangannya dilakukan melalui pendidikan. Termasuk penolakannya pada perkawinan anak.
Hari Kartini seharusnya dijadikan momentum untuk mencegah perkawinan anak. Di Subang, perkawinan anak masih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah dispensasi nikah.
Merujuk jumlah dispensasi nikah yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Subang, pada 2024 jumlah dispensasi sebanyak 39. Menurun jika dibandingkan tahun 2023 yang berjumlah 55. Data tersebut bisa dilihat dalam website Stopan Jabar Beraksi.
Menurut Wakil Ketua II Bidang Eksternal KOPRI PC PMII Subang, Melasanti, mengemukakan, Hari Kartini momentum untuk melakukan pencegahan perkawinan dini.
Mela menyebut, berbagai bentuk tekanan sosial seperti dorongan untuk menikah muda, pemaksaan pernikahan oleh keluarga atau lingkungan, hingga adanya stigma terhadap perempuan yang belum menikah di usia tertentu—seperti label “perawan tua”—adalah bentuk kekerasan simbolik yang harus dilawan.
“Pernikahan dini dan perkawinan yang tidak diinginkan masih sering terjadi, terutama karena tekanan sosial dan budaya,” ujar Mela.
Ia menegaskan bahwa semua bentuk paksaan terhadap pilihan hidup seseorang, termasuk dalam hal menikah atau tidak, merupakan pelanggaran terhadap hak individu.
“Menikah atau tidak menikah adalah pilihan yang sah. Tidak ada yang salah dengan memilih jalan hidup yang berbeda,” tuturnya.
Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mulai berpikir kritis dan tidak tunduk pada konstruksi sosial yang mengekang.
Ia kurang sepakat Hari Kartini hanya berhenti pada perayaan seremonial. Sehingga, jika ingin meneladani perjuangan Kartini, mencegah perkawinan dini menjadi keharusan.
“Perkawinan dini atau pemaksaan perkawinan harus dilawan. Perempuan harus merdeka,” pungkasnya.