Lulusan Sarjana Beralih Pekerjaan Akibat PHK dan Ketatnya Persaingan Kerja

Ilustrasi : metrodaily.jawapos

Jakarta – Dunia kerja semakin menantang dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja, tetapi lowongan pekerjaan yang tersedia tetap terbatas dan semakin ketat dalam persyaratan. Situasi ini semakin diperburuk oleh gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda berbagai sektor industri.

Banyak Lulusan Sarjana Beralih ke Pekerjaan Kerah Biru akibat PHK. Akibatnya, banyak lulusan diploma dan sarjana terpaksa banting setir ke pekerjaan kerah biru demi bertahan hidup.

Mengutip dari Kompas, seorang pengguna media sosial X mencurahkan kesedihannya dalam sebuah cuitan yang viral.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa lulusan sarjana yang terkena PHK atau tidak di perpanjang kontraknya melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga (ART) di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten. Cuitan ini mendapat banyak respons dari warganet.

Fenomena ini semakin nyata di wilayah Jabodetabek, di mana banyak lulusan sarjana kini beralih menjadi petugas kebersihan, pekerja proyek, dan pekerjaan kerah biru lainnya agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Secara umum, pekerjaan kerah biru hanya membutuhkan syarat pendidikan maksimal sekolah menengah atas (SMA). Sementara pekerjaan kerah putih biasanya bagi lulusan sarjana atau mereka yang memiliki keahlian tertentu.

Dari Pekerja Kantoran ke Babysitter

Pergeseran pekerjaan dari kerah putih ke kerah biru di alami oleh banyak individu, salah satunya adalah Purnawati (42), lulusan diploma akuntansi. Sejak pandemi Covid-19, ia bekerja sebagai babysitter yang mengurus bayi berusia 0-9 bulan.

“Sebelumnya saya kerja kantoran. Terus berhenti dan jadi ibu rumah tangga. Tapi karena terbentur ekonomi, akhirnya saya jadi babysitter,” kata Purnawati pada Rabu (19/3/2025).

Menurutnya, pekerjaan sebagai pengasuh anak lebih praktis karena tidak memerlukan ijazah pendidikan tinggi maupun keahlian khusus. Ia hanya mengikuti pelatihan singkat dari perusahaan penyalur tenaga kerja sebelum mulai bekerja.

Meskipun jam kerjanya lebih panjang dibandingkan pekerjaan kantoran dan hari liburnya lebih sedikit, Purnawati tetap menjalaninya demi mendapatkan penghasilan yang mendekati upah minimum regional (UMR) Jakarta sebesar Rp 5,39 juta.

Purnawati adalah salah satu pekerja yang disalurkan oleh PT Kasih Ibu Sejati Mulia, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Perusahaan ini mencatat peningkatan jumlah lulusan diploma dan sarjana yang melamar pekerjaan kerah biru sepanjang 2025.

Hingga saat ini, lima lulusan diploma dan sarjana telah disalurkan ke berbagai pekerjaan, termasuk sopir, ART, dan pengasuh anak.

Diki Hermawan, pengurus PT Kasih Ibu Sejati Mulia, menyatakan bahwa dalam tiga bulan terakhir, banyak lulusan keperawatan dan pendidikan yang mencari pekerjaan di sektor ini. “Hal ini cukup menarik karena mereka tidak lagi melihat latar belakang pendidikan sebelumnya,” ujarnya, dikutip dari Kompas.

Meningkatnya Jumlah Pengangguran

Foto : kompas

Mengutip dari Lombok Insider, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 77.965 orang terkena PHK sepanjang 2024. Jakarta menjadi wilayah dengan jumlah PHK tertinggi, yakni 17.085 orang. Sementara Jawa Tengah (13.130 orang), Banten (13.042 orang), dan Jawa Barat (10.661 orang).

Pada awal 2025, angka PHK mencapai 3.325 orang, dengan mayoritas berasal dari Jakarta (2.650 orang).

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan tentang Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2024 mencatat bahwa jumlah angkatan kerja pada periode tersebut mencapai 152,11 juta orang. Jumlah tersebut terdiri dari 144,64 juta penduduk bekerja dan 7,47 juta pengangguran.

Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah penduduk bekerja bertambah 4,79 juta orang, sementara jumlah pengangguran turun 390.000 orang. Namun, sebagian besar pekerja berada di sektor informal (57,95 persen), sementara sektor formal hanya menyerap 42,05 persen tenaga kerja.

Persaingan Kerja yang Makin Ketat

Di tengah ketatnya persaingan kerja, perusahaan menaikkan standar rekrutmen. Jika sebelumnya lulusan SMA bersaing dengan lulusan S1, kini lulusan S1 harus bersaing dengan lulusan S2 untuk mendapatkan pekerjaan yang sama.

Triyono, peneliti ketenagakerjaan di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebut bahwa selain maraknya PHK, masih ada kesempatan kerja bagi tenaga kerja berkualitas.

Namun, sering kali kualifikasi pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga banyak tenaga kerja terserap ke sektor informal.

“Sebagai contoh, sektor teknologi dan informasi dalam beberapa tahun ini diserbu tenaga kerja asing dari India,” kata Triyono.

Sementara itu, Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini kurang berkualitas dalam menyerap tenaga kerja.

Jika dahulu 1 persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap lebih dari 400.000 tenaga kerja. Saat ini angka tersebut hanya sekitar 100.000 tenaga kerja.

“Gelar bukan lagi jaminan dalam dunia kerja. Setiap orang berjuang untuk bertahan. Perjuangan ini butuh dukungan pemerintah dengan kebijakan yang tepat guna,” ujar Nailul.(clue)

Baca juga : https://cluetoday.com/revisi-uu-tni-disahkan-mahfud-md-tidak-ada-indikasi-kembalinya-dwifungsi/

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *