Jakarta – Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, menegaskan bahwa hubungan antara Tiongkok dan Rusia tetap kuat dan tidak akan pernah berubah menjadi permusuhan. Pernyataan ini disampaikannya dalam kunjungannya ke Moskow baru-baru ini. Ia a juga menyambut baik tanda-tanda normalisasi hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat.
“Tiongkok dan Rusia adalah teman selamany. Tak pernah jadi musuh,” kata Wang dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, mengutip dari Kontan, Selasa (1/4/2024).
Wang menambahkan bahwa prinsip ini menjadi dasar hukum yang kuat dalam membangun kerja sama strategis kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi.
Mengutip dari Reuters, kunjungan Wang ke Moskow berlangsung selama tiga hari untuk membahas kerja sama strategis. Dalam pertemuan tersebut, Wang juga membahas ketidakpastian seputar gencatan senjata di Ukraina serta dinamika hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat.
Dalam Satu Dekade, Presiden Tiongkok Bertemu Putin Lebih dari 40 Kali
Sebagai bagian dari hubungan yang semakin erat, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu lebih dari 40 kali dalam satu dekade terakhir.
Kedua pemimpin juga telah sepakat untuk memperdalam kerja sama di berbagai isu. Termasuk Taiwan, Ukraina, dan rivalitas bersama dengan Amerika Serikat.
Selain menegaskan hubungan erat dengan Rusia, Wang juga menyambut baik upaya Rusia dan Amerika Serikat dalam memperbaiki hubungan mereka. Kremlin menyatakan bahwa Rusia dan AS saat ini tengah membahas kemungkinan penyelesaian damai di Ukraina.
Sejak menjabat kembali pada Januari, Presiden AS Donald Trump telah menunjukkan pendekatan yang lebih lunak terhadap Rusia.
“(Ini) bagus untuk menstabilkan keseimbangan kekuatan antara kekuatan utama dan menginspirasi optimisme dalam situasi internasional yang mengecewakan,” ujar Wang, melansir Warta Ekonomi.
Lebih lanjut, Wang menepis anggapan bahwa Trump mencoba mendukung Rusia untuk melawan Tiongkok. Menyebut gagasan tersebut sebagai “pemikiran konfrontatif yang sudah usang”.
Ia juga menegaskan bahwa perundingan gencatan senjata Ukraina baru-baru ini harus terus berlanjut. Meskipun ada perbedaan pandangan dan kondisi sulit di medan perang.
“Langkah menuju perdamaian, meskipun tidak sebesar itu, bersifat konstruktif – layak untuk dibangun di atasnya,” kata Wang.
“Dengan perdamaian, tidak ada rasa sakit dan tidak ada keuntungan. Anda perlu bekerja keras untuk mencapainya,” lanjutnya.
Sejak awal konflik Ukraina pada Februari 2022, Tiongkok telah berupaya meningkatkan peran dalam perundingan damai, baik secara mandiri maupun dengan negara lain seperti Brasil.
Meski begitu, usulan Tiongkok terkait penyelesaian konflik masih mendapat tanggapan beragam dari komunitas internasional.
“Kami menganjurkan pemberantasan penyebab krisis melalui dialog dan negosiasi, yang pada akhirnya mencapai perjanjian perdamaian yang adil, jangka panjang, dan mengikat yang dapat diterima oleh semua pihak,” tutup Wang.(clue)
Baca juga : https://cluetoday.com/terseret-isu-perselingkuhan-klarifikasi-ridwan-kamil-justru-tambah-bingung-netizen/
Follow kami : http://Www.instagram.com/cluetoday_