Dawuan Ditata, Pedagang Tergusur Masih Menunggu Kompensasi

Penggusuran bangunan ilegal di daerah kebun karet PTPN Dawuan sudah selesai. Dalam videonya, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau KDM memberikan kompensasi uang senilai Rp 5 juta untuk para pedagang dan kepala keluarga yang tergusur di area tersebut.

Namun, itu bagi para kepala keluarga dan pedagang di area penggusuran kebun karet Rawalele. Sementara area Dawuan hingga PT. Daenong belum mendapat kompensasi. Diketahui, kebijakan KDM tersebut dilanjutkan oleh bupati Reynaldy.

Hingga kini, area bangunan ilegal sudah rata dengan tanah mulai dari area kebun karet hingga ke wilayah PT. Daenong Global. Disana, aliran sungai berbelok kearah SPBU dan tak lagi sejalur dengan jalan raya.

Pemilik Kontrakan Ilegal Kehilangan Sumber Uang

Tiga hari sebelum perataan bangunan, para pedagang mendapat surat peringatan 2 atau SP 2. Isinya, harus melakukan pengosongan area 3 hari dari surat diterima.

Menurut pedagang yang terdampak, sebut saja dia Pakde (nama samaran), pemilik kontrakan ilegal pun panik dan menginstruksikan pada para penyewa untuk segera mengosongkan area. Ia juga akan kehilangan pemasukan dari para pedagang.

“Setelah menerima SP 2, pemilik kontrakan panik, nyuruh cepet – cepet ngosongin tempat,” kata Pakde, Selasa (6/5/2025).

Saat itu, alat berat sudah mulai bergerak dari arah Daenong.

Alih – alih mendapat kompensasi, Pakde yang hanya penyewa justru mendapat tagihan kontrakan dari sang pemilik.

“Kalo mau direlokasi saya seneng – seneng aja, biar uangnya masuk ke negara. Kalo ini kan masuk kantong pribadi,” ucap Pakde yang kini telah berpindah lapak ke seberang jalan.

Ia masih menjadi satu – satunya pedagang yang tetap berjualan. Sementara, pedagang lain masih belum mendapat lapak baru.

“Kayanya baru saya aja yang udah mulai jualan, yang lain masih bingung. Belum ada kejelasan, kompensasi belum ada. Beda kaya yang di Rawalele (yang langsung mendapat kompensasi),” lanjutnya.

Pakde mengakui, bahwa daerah tersebut memang ilegal untuk dibangun ruko ataupun rumah. Namun, ia berharap pemerintah mau memberikan kebijakan yang dapat mengurangi beban para pedagang yang sudah membayar kontrakan pada oknum yang membangun ruko.

Meski begitu, Pakde dan pedagang lain sepakat untuk tak memberikan uang kontrakan pada oknum tersebut di waktu – waktu terakhir.

Pada Rabu (7/5/2025) beberapa pedagang terlihat menyasar lokasi seberang penggusuran. Ada juga yang mendirikan bangunan semi permanen di arah menuju Kalijati. Para pedagang mulai terlihat berbenah.

Namun, puluhan pedagang masih kebingungan mencari lapaknya.

Masyarakat Bingung Mencari Kebutuhan

Warga yang terbiasa membeli segala kebutuhan di area tersebut juga merasa kehilangan para pedagang.

Sebuah video dari warga turut mendokumentasikan hilangnya para pedagang.

“Dawuan Subang kini tinggal kenangan,” tulis akun @TyaEkawati dalam video facebooknya.

Area tersebut memang menjadi lokasi pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat. Mulai dari makanan, bahan pangan, salon, pulsa hingga bahan bangunan.

Tak sedikit pula yang memahami kebijakan penataan tersebut. Seperti komentar salah satu masyarakat di media sosial, “Jelas tanah org masuk ilegal, tanah pemda ya resikonya digusur,” tulis akun @Christya.

Tak hanya di sepanjang jalan utama, penataan akan dilakukam hingga ke pelosok desa Cisampih, Dawuan.

Beberapa pedagang memiliki lapak di bantaran sungai. Mereka sudah mendapat surat peringat pertama atau SP 1 untuk segera memikirkan pengosongan area dan perpindahan lapak.

“Kena (penggusuran), udah SP 1,” Kata Gugun, salah satu pemilik warung seblak di bantaran sungai.

Namun, Gugun masih belum mendapatlan tempat untuk ia membuka lapaknya.

Siang Indah, Malam Mencekam

Penataan bangunan dan toko liar di area tersebut memang membuat jalur sepanjang kebun karet dan Dawuan menjadi lebih tertata. Tak lagi terlihat kumuh dan semrawut. Di area perkebunan karet bahkan telah mulai membuat irigasi untuk aliran air.

Belum lagi area persawahan Dawuan yang sebelumnya tertutup bangunan kini terlihat dan tampak lengang.

Pada Rabu (7/5/2025) beberapa pohon telah mulai tertanam mengisi kekosongan lahan.

Namun, suasana indah tersebut ada di siang hari. Ketika malam, sepanjang jalur tampak sepi. Tak ada lagi para pedagang malam dan lampu dari bangunan ruko. Beberapa lampu jalan di kebun karet bahkan padam lebih dari 10 unit.

Para pekerja yang pulang larut malam seperti pabrik – pabrik dengan sistem shift bisa jadi akan menambah kecepatan laju kendaraan. Kekhawatiran akan adanya tindak kriminal menjadi lebih besar.

Peluang Baru, Dawuan Baru

Tak ada yang menentang, umumnya para pedagang tergusur memaklumi bahwa mereka telah menempati lahan ilegal.

Namun, mereka yang telah dijanjilan kompensasi hanya berharap janji pemerintah untuk segera memberikannya dan membantu mengurangi bebannya mencari lapak. Terlebih, mereka telah memperkaya oknum yang mendirilan bangunan di lahan ilegal.

Dibalik kemalangan para pedagang yang tergusur. Ada juga yang menangkap peluang. Beberapa ruko seberang penggusuran mulai terlihat dibangun dan mulai memasang spanduk “Dikontrakan”. Toko – toko yang hanya buka pada siang hari juga mulai diminati pedagang malam seperti nasi goreng dan sate.

Nampaknya, Dawuan Subang sedang berbenah memulai wajah baru.(clue)

Baca juga : Sah! Luna Maya dan Maxime Bouttier Menikah di Gianyar Bali

Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *