Sidoarjo – Kabar tentang berhentinya semburan Lumpur Lapindo di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, menjadi viral di media sosial. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa fenomena yang telah berlangsung sejak 29 Mei 2006 ini belum benar-benar berakhir.
Semburan Lumpur Lapindo pertama kali muncul pada 29 Mei 2006 sekitar pukul 05.30 WIB. Sumber semburan berasal dari Sumur Banjarpanji 1, bagian dari pengeboran eksplorasi gas Blok Brantas oleh PT Lapindo Brantas di Desa Reno Kenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Lokasi semburan berjarak sekitar 150 meter dari permukiman warga.
Beredarnya kabar mengenai berhentinya semburan lumpur membuat warga penasaran. Salah satu mantan warga Desa Jatirejo, Sastro (42), turut mengecek langsung ke lokasi untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Berita tersebut viral di media sosial sekitar seminggu yang lalu. Bahkan saya sendiri saat melihat di medsos sempat penasaran. Kemudian pagi harinya saya mengecek ke tanggul penahan lumpur, dan semburan masih tampak menyembur,” kata Sastro, dikutip dari DetikJatim, Kamis (13/3/2025).
Sebuah video yang diunggah oleh kreator TikTok @jerhemynemoo juga sempat menghebohkan warganet. Dalam video tersebut, Jerhemy memperlihatkan hamparan lumpur yang menyerupai lautan luas.
“Kayak laut, seluas dan seseram ini,” ujarnya dalam video.

Lumpur Lapindo Masih Menyembur
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa asap putih masih mengepul dari titik semburan, menandakan fenomena ini belum benar-benar berakhir.
Mengutip dari Harian Disway, menurut pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Ir Amien Widodo MSi, ada kemungkinan semburan lumpur bisa berhenti apabila gas di bawahnya telah habis. “Mungkin kalau gas di bawah habis, maka lama-lama akan berhenti. Bisa naik ke atas karena gas. Kalau gasnya habis, ya berhenti. Atau gasnya mengecil, nggak kuat ngangkat,” jelasnya, Kamis (13/3/2025).
Di sisi lain, warga setempat seperti Wardiman, warga Desa Besuki, membenarkan bahwa pipa-pipa pembuangan lumpur masih aktif, tetapi kini hanya mengeluarkan air. “Setiap hari pipa-pipa itu masih aktif, tapi tidak lagi mengeluarkan lumpur. Hanya air yang keluar dan itu pun tampak jernih,” katanya, mengutip Radar Sidoarjo.
Semburan Lumpur Lapindo telah menyebabkan lebih dari 25 ribu warga dari delapan desa di tiga kecamatan kehilangan tempat tinggal mereka. Dampak dari bencana ini masih terasa hingga saat ini, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Meskipun ada kabar tentang berhentinya semburan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa fenomena ini belum sepenuhnya usai.(clue)
Follow kami : https://www.instagram.com/cluetoday_?igsh=MWU2aHg0a3g2dHlvdg==